KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji
syukur atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat serta hidayah-Nya makalah
ini dapat terselesaikan dengan baik. Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas TIK
yang merupakan salah satu mata kuliah di Program Studi DIII Keperawatan Universitas
Bondowoso.
Penulis yakin tanpa
adanya bantuan dari semua pihak, makalah ini akan mengalami banyak hambatan.
Oleh karena itu tidak berlebihan penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Yuana
Dwi Agustin, SKM, M. Kes, sebagai ketua Program Studi DIII Keperawatan
Universitas Bondowoso.
2. Ns.
Rismawan Adi Yunanto., sebagai dosen pengampu penulis makalah ini.
3. Semua
pihak yang telah membantu pengerjaan makalah ini.
Semoga
segala sumbangsih yang diberikan kepada penulis mendapatkan imbalan dari Allah
SWT, dan penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua
piak untuk perbaikan langkah penulis selanjutnya.
Bondowoso, 18 oktober 2015
Penulis
BAB
1 PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Tonsilitis
kronis merupakan kondisi di mana terjadi pembesaran tonsil disertai dengan
serangan infeksi yang berulang-ulan. Tonsillitis merupakan salah satu penyakit
yang paling umum ditemukan pada masa anak-anak. Angka kejadian tertinggi
terutama antara anak-anak dalam kelompok usia antara 5 sampai 10 tahun yang
mana radang tersebut merupakan infeksi dari berbagai jenis bakteri (Brook dan
Gober, dalam Hammouda, 2009).
Tonsilitis kronis merupakan penyakit
yang terjadi di tenggorokan terutama terjadi pada kelompok usia muda (Wiatrak
BJ dalam Kurien, 2000).
Berdasarkan data epidemiologi
penyakit THT di 7 provinsi (Indonesia) pada tahun 1994-1996, prevalensi
tonsilitis kronik tertinggi setelah nasofaringitis akut (4,6%) yaitu sebesar
3,8% (Suwento dalam Farokah, 2007).
1.2. Tujuan
1. Mengetahui konsep dari penyakit
tonsillitis yang menyerang persendian
tulang
2. Mempelajari patofisiologi gambaran
penyakit tontilitis secara menyeluruh
3. Mengetahui implikasi patofisiologi
penyakit tontilitis dalam bidang keperawatan dan peranan keperawatan terhadap
penyakit tersebut.
1.3 Manfaat
1. Dapat memahami konsep tonsillitis
yang menyerang faring.
2. Dapat memahami patofisiologi
gambaran penyakit tonsillitis secara menyeluruh
3. Dapat menjalankan implikasi
patofisiologi tonsillitis dalam bidang keperawatan dan dapat memahami peranan
keperawatan dalam menghadapi penyakit tersebut.
BAB 2 KONSEP PENYAKIT
2.1. Definisi
Tonsilitis
adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan adanya peradangan pada tonsil,
yang menyebabkan sakit tenggorokan, kesulitan untuk menelan, dan demam. Tonsil
merupakan kelenjar getah bening di bagian belakang mulut dan di atas
tenggorokan. Tonsil berperan dalam menyaring bakteri dan kuman-kuman untuk
melindungi tubuh dari infeksi. Tonsilitis dapat terjadi karena infeksi virus
atau bakteri. Infeksi virus adalah penyebab paling umum pada tonsilitis.
Infeksi ini dapat menyebar dari satu orang ke orang lain melalui kontak tangan,
menghirup droplet dari udara setelah seseorang dengan tonsilits bersin atau
berbagi alat atau sikat gigi dengan orang yang terinfeksi. Infeksi bakteri
disebabkan oleh Streptococcus pyogenes, bakteri yang menyebabkan strep throat
(radang tenggorokan).
Ada 2 tipe tonsilitis: akut dan
kronis.
· Tonsilitis akut ditandai dengan
onset mendadak atau bertahap dari suatu sakit tenggorokan
· Tonsilitis kronis adalah infeksi
menetap pada tonsil. Tonsilitis sering hilang dengan sendirinya tanpa perlu
dilakukan perawatan. Namun, pada kasus berat, prosedur umum yang disebut
tonsilektomi diperlukan untuk mengangkat tonsil tersebut.
2.2 Etiologi
Dari 169 kasus didapatkan data sebagai berikut :
Ø 25% disebabkan oleh Streptokokus β hemolitikus
yang pada masa penyembuhan tampak adanya kenaikan titer Streptokokus antibodi
dalam serum penderita.
Ø 25% disebabkan oleh Streptokokus
golongan lain yang tidak menunjukkan kenaikan titer Streptokokus antibodi dalam
serum penderita.
Ø Sisanya adalah Pneumokokus,
Stafilokokus, Hemofilus influenza.
Adapula yang menyatakan etiologi terjadinya tonsilitis
sebagai berikut :
1. Streptokokus β hemolitikus Grup A
2. Hemofilus influenza
3. Streptokokus pneumonia
4. Stafilokokus (dengan dehidrasi, antibiotika)
5. Tuberkulosis (pada keadaan immunocompromise).
2.1
Patofisiologi
Terjadinya
proses radang berulang disebabkan oleh rokok, beberapa jenis makanan, higiene
mulut yang buruk, pengaruh cuaca, kelelahan fisik dan pengobatan tonsilitis yang
tidak adekuat.
Proses keradangan dimulai pada satu
atau lebih kripte tonsil. Karena proses radang berulang, maka epitel mukosa dan
jaringan limfoid terkikis, sehingga pada proses penyembuhan jaringan limfoid
akan diganti oleh jaringan parut. Jaringan ini akan mengerut sehingga kripte
akan melebar
Secara
klinis kripte ini akan tampak diisi oleh Detritus (akumulasi epitel yang
mati, sel leukosit yang mati dan bakteri yang menutupi kripte berupa
eksudat yang berwarna kekuning-kuningan). Proses ini terus meluas hingga menembus
kapsul sehingga terjadi perlekatan dengan jaringan sekitar fossa tonsillaris.
Pada anak-anak, proses ini akan disertai dengan pembesaran kelenjar
submandibula
2.4
Diagnosis
Tonsil
membesar dengan permukaan yang tidak rata, kemudian kripta terlihat melebar dan
beberapa kripta terisi oleh debritus. Terasa ada yang mengganjal di
tenggorokan, kemudian pasien merasa tenggorokan kering dan nafas berbau
2.5
Diagnosa
Banding
Terdapat beberapa diagnosa banding
dari tonsilitis kronis adalah sebagai berikut :
1.
Penyakit-penyakit
dengan pembentukan Pseudomembran atau adanya membran semu yang menutupi tonsil
(Tonsilitis Membranosa)
a. Tonsilitis Difteri
Disebabkan oleh kuman Corynebacterium
diphteriae. Tidak semua orang yang terinfeksi oleh kuman ini akan sakit.
Keadaan ini tergantung pada titer antitoksin dalam darah. Titer antitoksin
sebesar 0,03 sat/cc darah dapat dianggap cukup memberikan dasar imunitas.
Gejalanya terbagi menjadi tiga golongan besar, umum, lokal dan gejala akibat
eksotoksin. Gejala umum sama seperti gejala infeksi lain, yaitu demam
subfebris, nyeri kepala, tidak nafsu makan, badan lemah, nadi lambat dan
keluhan nyeri menelan. Gejala lokal yang tampak berupa tonsil membengkak
ditutupi bercak putih kotor yang makin lama makin meluas dan membentuk pseudomembran
yang melekat erat pada dasarnya sehingga bila diangkat akan mudah berdarah.
Gejala akibat eksotoksin dapat menimbulkan kerusakan jaringan tubuh, misalnya
pada jantung dapat terjadi miokarditis sampai dekompensasi kordis, pada saraf
kranial dapat menyebabkan kelumpuhan otot palatum dan otot pernafasan dan
pada ginjal dapat menimbulkan albuminuria.
b. Angina Plaut Vincent (Stomatitis
Ulseromembranosa)
Gejala yang timbul adalah demam
tinggi (39˚C), nyeri di mulut, gigi dan kepala, sakit tenggorok, badan lemah,
gusi mudah berdarah dan hipersalivasi. Pada pemeriksaan tampak membran putih
keabuan di tonsil, uvula, dinding faring, gusi dan prosesus alveolaris. Mukosa
mulut dan faring hiperemis. Mulut yang berbau (foetor ex ore) dan
kelenjar submandibula membesar.
c. Mononukleosis Infeksiosa
Terjadi tonsilofaringitis
ulseromembranosa bilateral. Membran semu yang menutup ulkus mudah diangkat
tanpa timbul perdarahan, terdapat pembesaran kelenjar limfe leher, ketiak dan
regio inguinal. Gambaran darah khas, yaitu terdapat leukosit mononukleosis
dalam jumlah besar. Tanda khas yang lain adalah kesanggupan serum pasien untuk
beraglutinasi terhadap sel darah merah domba (Reaksi Paul Bunnel).
2. Penyakit Kronik Faring Granulomatus
a.
Faringitis Tuberkulosa
Merupakan proses sekunder dari TBC
paru. Keadaan umum pasien adalah buruk karena anoreksi dan odinofagi. Pasien
juga mengeluh nyeri hebat di tenggorok, nyeri di telinga (otalgia) dan
pembesaran kelenjar limfa leher.
b.
Faringitis
Luetika
Gambaran klinis tergantung dari
stadium penyakit primer, sekunder atau tersier. Pada penyakit ini dapat terjadi
ulserasi superfisial yang sembuh disertai pembentukan jaringan ikat. Sekuele
dari gumma bisa mengakibatkan perforasi palatum mole dan pilar tonsil.
c.
Lepra
(Lues)
Penyakit ini dapat menimbulkan nodul
atau ulserasi pada faring kemudian menyembuh dan disertai dengan kehilangan
jaringan yang luas dan timbulnya jaringan ikat.
d.
Aktinomikosis Faring
Terjadi akibat pembengkakan mukosa
yang tidak luas, tidak nyeri, bisa mengalami ulseasi dan proses supuratif.
Blastomikosis dapat mengakibatkan ulserasi faring yang ireguler, superfisial,
dengan dasar jaringan granulasi yang lunak.
2.6. Gejala
dan Tanda
Keluhan yang dapat dialami penderita Tonsilllitis, antara
lain:
·
Tengorokan
terasa kering, atau rasa mengganjal di tenggorokan (leher)
·
Nyeri
saat menelan (menelan ludah ataupun makanan dan minuman) sehingga menjadi malas
makan.
·
Nyeri
dapat menjalar ke sekitar leher dan telinga.
·
Demam,
sakit kepala, kadang menggigil, lemas, nyeri otot.
·
Dapat
disertai batuk, pilek, suara serak, mulut berbau, mual, kadang nyeri perut,
pembesaran kelenjar getah bening (kelenjar limfe) di sekitar leher.
·
Adakalanya
penderita tonsilitis (kronis) mendengkur saat tidur (terutama jika disertai
pembesaran kelenjar adenoid (kelenjar yang berada di dinding bagian belakang
antara tenggorokan dan rongga hidung).
·
Pada
pemeriksaan, dijumpai pembesaran tonsil (amandel), berwarna merah, kadang
dijumpai bercak putih (eksudat) pada permukaan tonsil, warna merah yang
menandakan peradangan di sekitar tonsil dan tenggorokan.
2.8 Komplikasi
Komplikasi
dari tonsilitis kronis dapat terjadi secara perkontinuitatum ke daerah sekitar
atau secara hematogen atau limfogen ke organ yang jauh dari tonsil. Adapun
berbagai komplikasi yang kerap ditemui adalah sebagai berikut :
1. Komplikasi sekitar tonsil
a.
Peritonsilitis
Peradangan
tonsil dan daerah sekitarnya yang berat tanpa adanya trismus dan abses.
b.
Abses
Peritonsilar (Quinsy)
Kumpulan
nanah yang terbentuk di dalam ruang peritonsil. Sumber infeksiberasal dari
penjalaran tonsilitis akut yang mengalami supurasi, menembus kapsul tonsil dan
penjalaran dari infeksi gigi.
c.
Abses Parafaringeal
Infeksi
dalam ruang parafaring dapat terjadi melalui aliran getah beningatau pembuluh
darah. Infeksi berasal dari daerah tonsil, faring, sinus paranasal, adenoid,
kelenjar limfe faringeal, os mastoid dan os petrosus.
d.
Abses
Retrofaring
Merupakan pengumpulan pus dalam ruang retrofaring. Biasanya
terjadi pada anak usia 3 bulan sampai 5 tahun karena ruang retrofaring masih
berisi kelenjar limfe.
e.
Krista
Tonsil
Sisa
makanan terkumpul dalam kripta mungkin tertutup oleh jaringan fibrosa dan ini
menimbulkan krista berupa tonjolan pada tonsil berwarna putih dan berupa
cekungan, biasanya kecil dan multipel.
f.
Tonsilolith (Kalkulus dari tonsil)
Terjadinya
deposit kalsium fosfat dan kalsium karbonat dalam jaringan tonsil yang
membentuk bahan keras seperti kapur.
2. Komplikasi Organ jauh
a. Demam rematik dan penyakit
jantung rematik
b. Glomerulonefritis
c. Episkleritis, konjungtivitis
berulang dan koroiditis
d. Psoriasis, eritema multiforme,
kronik urtikaria dan purpura
e. Artritis dan fibrositis
2.9 Penatalaksanaan
2.9.1 Lokal
Terapi lokal bertujuan pada higiene
mulut atau obat hisap yaitu antibiotik dan analgesik
2.9.2 Indikasi Tonsilektomi
Berdasarkan The American Academy of Otolaryngology- Head and Neck
Surgery (
AAO-HNS) tahun 1995 indikasi tonsilektomi terbagi menjadi :
1. Indikasi absolut
a) Pembesaran tonsil yang menyebabkan sumbatan
jalan napas atas,disfagia berat,gangguan tidur, atau terdapat komplikasi
kardiopulmonal
b) abses peritonsiler yang tidak respon terhadap
pengobatan medik dan drainase, kecuali jika dilakukan fase akut.
c) Tonsilitis yang menimbulkan kejang demam
d) Tonsil yang akan
dilakukan biopsi untuk pemeriksaan patologi
2. Indikasi relatif
a) Terjadi 3 kali atau lebih infeksi tonsil
pertahun, meskipun tidak diberikan pengobatan medik yang adekuat
b) Halitosis akibat tonsilitis kronik yang tidak
ada respon terhadap pengobatan medik
c) Tonsilitis kronik atau berulang pada pembawa
streptokokus yang tidak membaik dengan pemberian antibiotik kuman resisten
terhadap β-laktamase.
2.9.3 Pencegahan
Tak ada cara khusus untuk mencegah
infeksi tonsil (amandel). Secara umum disebutkan bahwa pencegahan ditujukan
untuk mencegah tertularnya infeksi rongga mulut dan tenggorokan yang dapat
memicu terjadinya infeksi tonsil. Namun setidaknya upaya yang dapat dilakukan
adalah:
· Mencuci tangan sesering mungkin
untuk mencegah penyebaran mikro-organisme yang dapat menimbulkan tonsilitis.
· Menghindari kontak dengan penderita
infeksi tanggorokan, setidaknya hingga 24 jam setelah penderita infeksi
tenggorokan (yang disebabkan kuman) mendapatkan antibiotika.
2.9.4
Prognosa
Baik setelah dilakukan tonsilektomi
dan sebelum terjadinya komplikasi lebih lanjut.
BAB 3 PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Tonsilitis
kronis adalah infeksi kronis pada jaringan tonsil. Banyak terjadi pada anak usia
5-10 tahun meskipun beberapa kejadian didapatkan pada usia dewasa.
Secara
klinis pada tonsilitis kronik didapatkan gejala berupa nyeri tenggorok atau
nyeri telan ringan, mulut berbau, badan lesu, sering mengantuk, nafsu makan
menurun, nyeri kepala dan badan terasa meriang.
Dapat
menimbulkan komplikasi lokal yaitu abses peritonsil, abses parafaring dan
otitis media akut. Komplikasi lain yang bersifat sistemik dapat timbul terutama
oleh kuman Streptokokus beta hemolitikus berupa sepsis dan infeksinya dapat
tersebar ke organ lain seperti bronkus (bronkitis), ginjal (nefritis akut &
glomerulonefritis akut), jantung (miokarditis & endokarditis), sendi
(artritis) dan vaskuler (plebitis).
Penatalaksanaan
dapat bersifat lokal dan dengan tonsilektomi dengan indikasi tertentu.
DAFTAR
PUSTAKA
Adams,
G.L. (1997), Penyakit-penyakit Nasofaring dan Orofaring,dalam Harjanto,
E. dkk (ed) Boies Buku Ajar Penyakit THT, edisi ke6, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Al-Abdulhadi,
Khalid, 2007, Common throat infections: a review, ORL-HNS Department, Zain and
Al-Sabah Hospital, Kuwait, Bull Kuwait Inst Med Spec
2007;6:63-67.
Bapat,
Urmi, 2004, Reactive arthritis following tonsillitis, Speciality:
Otolaryngology; rheumatology; general Article Type: Case Report medicine,St. Mary’s Hospital, London,
UK, Grand Rounds Vol 5 pages 8–9.
Efiaty,
Soepardi, 2001, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher, Edisi 5,
Jakarta, FK-UI
Farokah,
2007, Hubungan Tonsilitis Kronik dengan Prestasi Belajar pada Siswa Kelas II Sekolah Dasar di Kota Semarang,
Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro,
SMF Kesehatan THT-KL Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang, Indonesia, Cermin Dunia
Kedokteran No. 155 Hal: 87-92.
1.2
LAMPIRAN
GAMBAR TONSILITIS
(Gambar1,
Sumber Adam’s Anatomy, 1997) (Gambar 2. Tonsilitis Kronis)
(Gambar
3, Tonsilitis Akut)
Harrah's Resort Southern California Casino - Mapyro
ReplyDeleteView detailed information 포천 출장안마 for Harrah's Resort Southern California Casino 세종특별자치 출장샵 in Valley Center, 제천 출장안마 including current reviews, Address: 777 Harrah's Rincon Way, Valley 광명 출장샵 Center, 포천 출장안마 US of